Selasa, 05 Januari 2016

Kebesaran Hati Dalam Filosofi Jawa


Oleh: Kapten Arh Ajir

warta ekspres.com - Dialog antara Semar dengan Arjuna yang membahas ajaran Pancawisaya :

Permadi: Kakang Badranaya, bagaimana sesungguhnya Pancawisaya itu, kakang, coba uraikanlah yang jelas.

Semar: Ee, keterangannya demikian. Panca itu lima, wisaya itu penghalang. Jadi, dasar untuk berlaku brata itu harus mengerti terhadap lilitan penghalang atau penghalang yang menjerat lima perkara. Keterangannya demikian: Rogarda, artinya sakit yang menimpa tubuh. Kalau ditimpa sakit tubuh, berusahalah sungguh-sungguh, menerima dan rela hati. Sangsararda, artinya sengsara yang menimpa tubuh. Kalau ditimpa sengsara badan, berusahalah menahan dan berbesar hati. Wirangharda, artinya sakit yang menimpa hati. Kalau ditimpa sakit hati, berusahalah tata, titi, kokoh pendirian serta berhati-hati. Cuwarda, artinya sengsara yang menimpa hati. Jika ditimpa kesengsaraan hati, berusahalah tenang, waspada serta ingat. Durgarda, artinya hambatan yang menimpa hati. Kalau ditimpa hambatan hati, berusahalah percaya diri dan yakin terhadap kekuasaan Tuhan.

Wejangan yang sangat mulia itu mendapat tanggapan positif dari Arjuna. Semua wejangan Semar tadi membuat pikiran dan hati Arjuna menjadi tenang dan tabah dalam melakukan perjuangan hidup. Dalam adegan cerita di atas, tampak sekali peranan Semar yang dilukiskan sebagai tokoh yang bijaksana, menguasai ilmu pengetahuan dan sangat berwibawa di hadapan Arjuna. Padahal Semar hanyalah seorang panakawan, batur (abdi) yang derajatnya jauh di bawah Arjuna.

Hal ini menunjukan bahwa Semar adalah tokoh yang luwes, bisa berempan papan dan mampu bertindak secara tepat pada situasi apa saja. Ketika berada di alam kahyangan Semar sangat dihormati, disegani dan diperhitungkan pendapatnya oleh para dewa. Bahkan Bathara Guru sebagai raja dewa sekalipun, terhadap Semar tidaklah berani sembarangan. Setiap kali Bathara Guru melakukan kesalahan yang menyimpang dari prosedur wewenangnya, yang mampu mengingatkan dan meluruskan jalan hidupnya hanyalah Semar. Tokoh wayang lain jarang yang berani mengingatkan apalagi melawan. Juga permaisuri Bathara Guru yakni Bathari Durga, hanya Semarlah yang mampu mengendalikannya.

Meskipun di kahyangan Semar tidak memiliki posisi dan jabatan apapun, tetapi berkat pengalaman, kedalaman ilmu, dan kepatuhannya dengan hukum, dan keteguhannya terhadap nilai kebijaksanaan, Semar berwibawa dan di hadapan para dewa yang terkenal mempunyai kekuasaan dan kesaktian yang sangat luar biasa. Di dunia Marcapada pun Semar selalu menjadi pamong, pendamping dan penasehat para raja serta satria luhur. Prabu Kresna, raja Dwarawati yang dianggap kondang akan kecerdikan dan kebijaksanaan itu terhadap Semar juga berlaku sangat santun. 

Baca selengkapnya di www.wartaekspres.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar