Sabtu, 28 November 2015

Warga Papua Kelaparan, Mempertahankan Hidup Makan Ternak Mati


Lembah Baliem,Papua. (Foto: Antara)

PAPUA – wartaekspres.com - Kepala Distrik Mbuwa, Erias Gwijangga mengatakan,  bahwaa masalah utama yang terjadi di  Kabupaten Ndunga, Papua, saat ini adalah kelaparan.
Untuk mempertahankan hidup, warga memilih memakan tenak yang sudah mati. Ini sangat ironis, karena Papua dikenal sebagai wilayah yang kaya akan sumber daya alam. Emas melimpah di daerah ini, tetapi warganya kelaparan.

“Awalnya, kematian ternak, baik ayam maupun babi.  Ternak-ternak yang mati itu dimakam oleh masyarakat. Yang kedua, musim kemarau  yang panjang,” katanya.

Kabupaten Nduga adalah sebuah kabupaten di Provinsi Papua. Dulunya pernah menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Jayawijaya.

Kabupaten ini dibentuk pada tanggal 4 Januari 2008 berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2008, bersama-sama dengan pembentukan 5 kabupaten lainnya di Papua. 

Kabupaten Nduga berada di hamparan Lembah Baliem, sebuah lembah aluvial yang terbentang pada areal ketinggian 1500-2000 m di atas permukaan laut.

Temperatur udara bervariasi antara 14,5 derajat Celcius sampai dengan 24,5 derajat Celcius. Dalam setahun rata-rata curah hujan adalah 1.900 mm dan dalam sebulan terdapat kurang lebih 16 hari hujan.

Musim kemarau dan musim penghujan sulit dibedakan. Berdasarkan data, bulan Maret adalah bulan dengan curah hujan terbesar, sedangkan curah hujan terendah ditemukan pada bulan Juli.

Kabupaten Nduga yang beribukota di Kenyam terbagi dalam 36 Desa 8 Kecamatan, Diantaranya Kecamatan Wosak, Kecamatan Kenyam, Kecamatan Geselma, Kecamatan Mapenduma, Kecamatan Mugi, Kecamatan Yigi, Kecamatan Mbuwa, dan Kecamatan Gearek.

Lokasi terdekat dari  Kabupten Nduga, ibukota Kabupaten Kenyam ke sejumlah kampung itu berjarak 2-3 jam perjalanan kaki.

Sementara jarak terjauh mencapai satu hari perjalanan dengan cara berjalan kaki. Untuk mencapai Kabupaten Nduga dapat ditempuh sekitar lima jam perjalanan melalui darat dari Wamena.

Ironis, Pemkab Nduga Tak Tahu Kematian Puluhan Warganya

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nduga terlambat mengetahui kasus kematian puluhan anak di Distrik Mbuwa, bahkan belum tahu ketika dikonfirmasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi Papua.

"Pemkab Nduga, baik bupati, wakil bupati, dan sekda belum tahu soal kasus kematian anak di daerahnya ketika kami konfirmasi dan menanyakan kasus itu," kata Kepala Dinas Kesehatan Papua drg Aloysius Giyai di Jayapura, Kamis (26/11).

Ketika Dinas Kesehatan Papua mendapatkan informasi itu langsung membentuk tim dan diturunkan ke lokasi kejadian pada 20 November 2015. Tim tersebut dipimpin oleh Kepala Seksi Wabah dan Bencana Dinas Kesehatan Papua Yamamoto Sasarari.

Dari temuan di lapangan, ada 31 anak-anak yang meninggal dunia pada kurun 16-20 November 2015 di Distrik Mbuwa, yang tersebar di Kampung Doigimo, Kampung Opmo, Kampung Barapngin, dan Kampung Labirik.

Sebelumnya diberitakan sebanyak 41 anak di bawah usia tujuh tahun di Distrik Muba meninggal.

Tim medis dari Wamena, Jayawijaya sudah turun ke lokasi kejadian, tetapi mereka tidak mengetahui penyebab kematian massal itu.

"Sampai saat ini 41 anak yang meninggal dunia, awalnya cuma sakit sedikit, tidak lama meninggal dunia. Tim medis yang dari Wamena sudah kembali dari distrik tetapi penyebab kematian belum ditemukan," kata Erias Gwijangge, Kepala Distrik Mbuwa wartawan, Selasa (24/11).

Awalnya, kata Erias, Kabupaten Nduga dan sekitarnya sempat terperangkap asap akibat kebakaran lahan akibat kemarau panjang.

"Sebelum terjadi kematian anak-anak yang banyak ini, ternak warga juga banyak yang mati tiba-tiba," ujarnya.

Menurut Erias, kematian tiba-tiba ternak babi dan ayam milik warga itu terjadi pada awal turun hujan.
Yan Hubi, petugas analis di Puskemas Kota Wamena yang ikut ke Distrik Mbuwa mengatakan, pihaknya memeriksa sample darah anak-anak di sana untuk melihat kemungkinan terjangkit malaria, tetapi semuanya negatif.
Sejumlah warga suku pedalaman Papua menjual noken (tas tradisional Papua) dan hasil kerajinan lainnya. (Foto: Antara)

Jumlah Anak Papua Yang Meninggal Jauh Lebih Banyak Dari Yang Dilaporkan
Jumlah anak yang meninggal akibat penyakit misterius di Distrik Mbuwa, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua, ternyata jauh lebih banyak dari yang diberitakan selama ini. Jumlah itu pun sudah dilaporkan kepada Tim Kemkes dan Tim Dinkes Provinsi Papua.  

Baca selengakpanya di www.wartaekspres.com

Rubi Majene, Momentum Lahirnya Penggerak Pendidikan


Tampak Sejumlah Guru, Kepala Sekolah dan Para Penggerak Pendidikan di Majene Dalam Acara Pembukaan Pelatihan Belajar-Mengajar Kreatif di Gedung LPMP Majene Sulbar.
MAJENE – wartaekspres.com - Sekitar 50-an guru dan kepala sekolah se-Kabupaten Majene antusias mengikuti pelatihan belajar-mengajar kreatif di Gedung LPMP Majene Sulbar. Mereka datang dari berbagai tempat di daerah ini untuk mengikuti kegiatan pelatihan secara suka rela yang dihelat 27-28 Nopember 2015.

Kegiatan pelatihan guru kreatif ini didesain dengan konsep mini camp oleh wahana Ruang Berbagi Ilmu (Rubi) yang diselenggarakan dalam suksesi Festival Gerakan Indonesia Mengajar (FGIM) 2015. FGIM 2015 adalah sebuah langkah inisiatif dari Gerakan Indonesia Mengajar (IM) yang tahun ini telah memasuki tahun yang ke-lima di penempatan Kabupaten Majene.

Gagasan FGIM tersebut kemudian dipercaya akan mampu meyukseskan implementasi kerja pendidikan secara suka rela untuk keberlanjutan yang kini tengah dibangun oleh IM. Karena itu, lewat FGIM dan Rubi sebagai salah satu fiturnya, keberlanjutan gerakan pendidikan Indonesia Mengajar akan tetap eksis di daerah-daerah penempatan, termasuk di Kabupaten Majene meskipun tanpa Pengajar Muda lagi.

Ini disadari betul, bahwa semangat gerakan pendidikan di daerah akan senantiasa berjalan seiring dengan semakin meningkatnya animo masyarakat dalam membangun kolaborasi secara suka rela.

Buktinya, kita bisa menyaksikan para relawan dari berbagai kalangan telah berkolaborasi dan saling menguatkan demi keberlanjutan yang diamanahkan lewat FGIM ini. Para penggerak lokal yang dibantu Pengajar Muda penempatan Majene saling menguatkan dalam persekawanan. Mulai dari guru, kepala sekolah dan stakeholder pendidikan lainnya, bahu membahu.

Tak hanya dari insan pendidikan, para pekerja lepas, TNI-Polri, pengawai kesehatan, mahasiswa dan yang lainya, ikut serta membangun kesadaran kolektif. Pendek kata, masyarakat Majene meleburkan diri dalam satu wahana, demi untuk melanjutkan gerakan pendidikan semesta yang lima tahun dibangun IM dan Pengajar Muda sebagai refresentasinya di daerah.
Baca selengkapnya di www.wartaekspres.com

Kolam Pemancingan Tjiu Palace Sambutan, Samarinda Jadi Arena Lomba Mancing Mania


MR Joko Setiono (Juara Pemancing Pemula) Harbak DPU 70
SAMARINDA – wartaekspres.com - Rangkaian acara demi acara dalam rangka memeriahkan Hari Bakti (Harbak) Dinas Pekerjaan Umum Kalimantan Timur ke 70 Tahun 2015 (Harbak-DPU), terus berjalan yang dilaksanakan oleh Penitia  Pelaksana Harbak DPU 70 Tahun 2015 di Samarinda.

Sebelumnya dilaksanakan Kejuaraan Geteball di lingkungan PU (antar bidang), kegiatan sosial sunatan massal gratis, kini diselenggarakan acara Lomba Mancing Mania yang diikuti oleh keluarga besar Dinas Pekerjaan Umum dan peserta umum.

Acara Lomba Mancing Mania diselenggaran tanggal 28 November di Sambutan Kota Samarinda, dengan memberikan sejumlah hadiah menarik dan door prize yang di sediakan oleh Panitia Harbak DPU 70. Acara Lomba Mancing Mania, bagian dari rangkaian Harbak DPU ke-70. Untuk kategori Lomba Galatama dimenangkan oleh pemancing pemula dari Bidang Bina Marga, yaitu Mr Joko Setiono (baru kali pertama mancing), untuk ikan terberat 3,5 kg.

Acara lomba ini, untuk kategori Galatama diikuti oleh Pegawai DPU Provinsi Kalimantan Timur, sementara untuk kategori Umum diikuti oleh keluarga besar DPU dan masyarakat umum. Puluhan hadiah door prize mulai dari TV LD, sepeda, HP, dan lainnya, hadiah Utama 1 buah sepeda motor.

Baca selengkapnya di www.wartaekspres.com

Bob Marley Ternyata Meninggal Minggu Lalu, Bukan 1981


Hasil DNA Jenazah Tunawisma Dikonfirmasi Sebagai Bob Marley

JAMAIKA – wartaekspres.com - Penyanyi Reggae legendaris Bob Marley, diketahui telah meninggal dunia saat usianya masih 36 tahun pada 1981 silam. Tapi sebuah kabar mengejutkan dari Kingston, Jamaika menyebutkan, kalau Bob Marley baru saja meninggal dunia seminggu yang lalu.

Ketika polisi menemukan jenazah pria tunawisma di kotak kardus belakang restoran cepat saji, hasil tes Jamaica’s National DNA menyatakan kalau pria itu adalah Bob Marley.

“Aku pikir itu lelucon. Rekanku berlari ke kantor, melambaikan secarik kertas. ‘Kamu tidak akan percaya,’ katanya.

Aku mengatakan kepadanya untuk tenang dan menjelaskan. Ketika dia mengatakan kepadaku, aku tidak percaya,” kata Jacob Chambers, kepala petugas, kepada now8news.com.

Baca selengkapnya di www.wartaekspres.com

Jumat, 27 November 2015

Bumbu Masak Restoran Negatif Babi, MUI Sebut Hasil Tes Awal Kesalahan Metode


MUI menggelar jumpa pers soal kandungan enzim babi di makanan. (Ade Alfath)
JAKARTA – wartaekspres.com – Belum lama ini, MUI menyatakan bahwa, bumbu yang dipakai di Restoran Solaria Balikpapan mengandung enzim babi, sehingga dikatakan haram. Dengan keyakinannya MUI telah mempublikasikan pernyataannya di media massa, tanpa memikirkan dampak yang akan diterima oleh pemilik dan pekerja Restoran Solaria Balikapan.

Namun, akhirnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) memastikan bumbu yang dipakai di Restoran Solaria Balikpapan negatif mengandung enzim babi. Hal itu diungkap setelah Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI) melakukan pengujian lebih lanjut terhadap sampel yang sama yang seperti yang diuji Tim Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Balikpapan.

“Hasil uji DNA atau biasa disebut Polymerase Chain Reaction (PCR) menunjukkan bahwa semua sampel uji tidak terdeteksi DNA Babi, apalagi enzim babi” kata Direktur LPPOM MUI Lukmanul Hakim di Gedung MUI Pusat, Jakarta, Jumat 27 November 2015.

Menurut Lukman, metode penelitian yang dilakukan oleh Tim Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan kota Balikpapan, dalam inpeksi mendadak terhadap Restoran Solaria di Balikpapan hanyalah sebuah metode uji cepat (Rapid Test). Padahal, metode uji cepat tidak bisa dijadikan sebagai acuan apakah suatu bahan benar-benar mengandung babi atau tidak. Metode uji cepat hanya sarana pemeriksaan awal terhadap objek uji dan bukan merupakan kesimpulan akhir.

“Hasil uji yang menggunakan uji cepat memerlukan uji lanjutan untuk memastikan ada tidaknya kandungan DNA babi pada objek yang diuji dengan menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR),” ujar Lukman.
Dalam metode uji cepat, kata Lukman, masih terdapat kemungkinan kesalahan hasil uji. Sehingga, membutuhkan metode PCF sebagai hasil akhir pengambilan kesimpulan untuk menentukan apakah suatu bahan mengandung babi atau tidak.

Baca selengkapnya di www.wartaekspres.com