Senin, 08 Agustus 2016

Pendidikan Harus Mahal Guna Meningkatkan Kualitas


Herry Widjasena, ST, MT

SORONG – wartaekspres.com – Menanggapi pernyataan Walikota Sorong, Drs. Ec. Lambaerth Jitmau, MM yang menyatakan, bahwa pendidikan di Kota Sorong harus mahal agar hasil didikan berkualitas, diapresiasi oleh Asisten III Bidang Kemahasiswaan dan Hubungan antar Lembaga, Politeknik Katholik Saint Paul Sorong, Herry Widjasena, ST, MT.

Saat ditemui di kediamannya, Herry yang dekat dengan awak media ini menegaskan, bahwa apa yang disampaikan oleh Walikota Sorong itu adalah benar, karena  di era globalisasi saat ini, persaingan semakin kompetitif, termasuk di Kota Sorong.

“Kota Sorong merupakan bagian dari Masyarakat Enonomi ASEAN (MEA) yang telah berjalan sejak awal Januari 2016, dalam kegiatan ekonomi lintas kawasan meliputi perdagangan, jasa dan investasi, sehingga tenaga kerja yang dubutuhkan harus memiliki konperensi terukur seperti hard skil, soft skil dan ketrampilan dengan indeks prestasi (IP) minimal 3.00,” ujar Herry.

Dikatakan Herry, era kompetisi mulai terasa pada sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta yang ada di Kota Sorong untuk menghasilkan lulusan yang terbaik, sehingga untuk menjadi yang terbaik tentunya setiap sekolah mempunyai cara sendiri dalam meningkatkan mutu pendidikan baik dari segi penyiapan tenaga pendidik yang profesional, fasilitas serta suasana belajar yang nyaman dan kondusif.

Lanjut Herry, untuk mewujudkan semuanya itu tentunya membutuhkan biaya operasional yang besar, dan biaya tersebut bukan saja berasal dari pemerintah semata tetapi juga dari orang tua yang anaknya sementara menuntut pendidikan di lembaga pendidikan tersebut.

“Pada tahun 2013,  ada 47 unit Taman Kanak-Kanak, 76 unit Sekolah Dasar, 32 unit Sekolah Lanjutan Pertama, 18 unit Sekolah Menengah Umum, 12 unit Sekolah Menengah Kejuruan, dan 15 unit Perguruan  Tinggi dengan tenaga pengajar pada masing-masing tingkatan pendidikan, Guru TK berjumlah 199 guru dengan 2.580 murid, guru SD berjumlah 1.001 guru dengan 27.899 murid, guru SLTP berjumlah 558 guru dengan 10.702 murid, guru SLTA Umum berjumlah 447 guru dengan 5.990 murid, guru SLTA Kejuruan berjumlah 351 guru dengan 4.755 murid,” tutur Herry.

Ditambahkan Herry, jika direkapitulasi ada 182 lembaga pendidikan, 2556 guru dan 51.926 siswa dengan asumsi terendah sekalipun, Kota Sorong adalah Kota Jasa tanpa Sumber Daya Alam tidak mungkin bisa menggratiskan biaya pendidikan.

Namun kata Herry, pemerintah Kota Sorong dengan berbagai upaya ingin meningkatkan pendidikan dari tahun ke tahun karena ini adalah program pemerintah. Salah satunya adalah merealisasikan UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional  dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Lanjut Herry, kualitas pendidikan ditentukan oleh penyempurnaan integral dari seluruh komponen pendidikan seperti kualitas guru, penyebaran guru profesional, kurikulum, sarana dan prasarana yang memadai, suasana PBM yang kondunsif. Ini semua dilakukan bukan tanpa biaya, sebaliknya untuk mengasilkan pendidikan yang berkualitas harus mahal. Ini telah terbukti bahwa Kota Sorong terdepan dalam  pendidikan di wilayah Papua Barat.

“Dengan biaya pendidikan yang murah tidak menjadikan pendidikan lebih baik, kita akan kalah dengan sekolah-sekolah yang ada di daerah lain. Pendidikan yang berkualitas memang harus membutuhkan biaya yang mahal karena pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah atau pemerintah, tapi yang utama adalah orang tua,” terang Herry. (Jason)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar