Kamis, 11 Agustus 2016

Aron Chandra: Ratusan Penumpang “Korban” Pesawat Sriwijaya Air



JAKARTA – wartaekspres.com - Sriwijaya Air Sj 889 Silangit – Jakarta yang akan terbang pada tanggal 6 Agustus 2016 tepatnya jam 10.35 Wib, ternyata Delay. Hal ini menambah catatan buruk di dunia bisnis penerbangan di Tanah Air, yang tidak dikontrol oleh manajemen angkutan umum/kota (Angkot), kata Aron Chandara selaku Ketua Advokasi Walhi Jakarta.

Aron Chandra mengtakan, bahwa penerbangan pertama ini jam 10.35 Wib, Sabtu 6 Agustus 2016 Sriwijaya Air dengan penerbangan Silangit (Tapanuli Utara) - Soekarno Hatta. Nah yang tidak diduga-duga pesawat Sriwijaya Air tersebut, tiba-tiba mendarat di Bandara Kualanamu Medan dengan alasan ada kerusakan.

Setelah kurang lebih 10 jam diperbaiki, penumpang setia menunggu dengan 2 kali diberi kompensasi keterlambatan Rp. 300.000. Akhirnya seluruh penumpang disuruh naik pesawat yang sama (manajemen Angkot) dengan jaminan . "Saya yang jamin sudah baik dan bagus," ungkap salah satu teknisi pesawat.

Kemudian  pesawat diterbangkan Kualanamu - Soekarno Hatta, tetapi sekitar 40 menit lepas landas, pesawat tersebut berputar arah dan mendarat kembali di Kualanamu, semua raut wajah penumpang berubah ada yang shok, histeris, bergembira serta memanjatkan doa bahwa mereka masih selamat.

Pihak manajemen meminta maaf atas kejadian tersebut dan semua penumpang diberikan penginapan di sebuah hotel di Medan, berbarengan dengan penumpang yang juga ditunda pemberangkatannya oleh maskapai Sriwijaya Air tersebut.

Aron Chandra, pada hari Minggu, 7 Agustus 2016, pukul 12.00 Wib, Sriwijaya Air kembali memberangkatkan para penumpang dengan cara memberangkatkan penumpang dengan menggantikan maskapai pesawat Enam Air, Kualanamu - Soekarno Hatta. Setelah tiba di Terminal 2B kedatangan, peristiwa ini sudah membuat resah dan rugi bagi penumpang dan penjemput (orang banyak).

Salah satu korban bobroknya menajemen penerbangan pesawat Sriwijaya Air itu adalah orang tua aktivis lingkungan hidup (Advokasi Waljak) Aron Chandra Hutasoit, yang sangat risau dan galau, menunggu kedatangan pesawat tersebut.

Demikian juga anak mantu dan cucunya, yang tiap detik berdoa agar Tuhan Yesus Kristus memberikan pada ibunya keselamatan sampai tiba di Bandara Soekarno Hatta.

Namun demikian, tambah Aron Chandara, barang-barang bawaan seperti, 3 tas orang tuanya  tidak ikut serta di dalam pesawat pengganti tersebut, dan entah kemana. Kehilangan tas ini langsung dilaporkan kepada petugas di Bandara.

Ini gambaran bisnis jelek penerbangan Sriwijaya Air di Tanah Air ini. Dimana maskapai tidak menyediakan pesawat cadangan dan tentu pesawat tersebut tidak diperiksa secara baik.

“Kejadian ini menjadi pelajaran berharga, dan atas kejadian ini siapa yang bertanggung jawab? Pemerintah daerah, Angkasa Pura II atau maskapai penerbangan,” ungkapnya kepada wartaekspres.com.

Harapan Aron Chandra, Pemerintah melalui Menteri Perhubungan, Ditjen Perhubungan Udara  harus lebih ketat mengawasi maskapai penerbangan Jakarata-Bandara Silangit dengan pesawat yang layak terbang, terlebih untuk menyambut program Otorita Danau Toba, kata Aron dengan wajah penuh harapan, Pemerintah dapat menindaklanjut atas kejadian ini, masalahnya keselamatan nyawa manusi, katanya saat diwawancarai wartaekspres.com. (Whs)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar