Kamis, 11 Agustus 2016

Kisah Hidup Wanita Kuat Eny Andayani Istri Serda Sutopo



Wartaekspres.com - Menjadi ibu dari anak dengan kebutuhan khusus tidaklah mudah. Orang-orang berjiwa besar lah yang akan terus berjuang agar anak-anak mereka tumbuh menjadi anak-anak layaknya anak-anak normal lainnya, meraih kesuksesan dan hidup mandiri.

Adalah Eny Andayani (43), istri dari Serda Sutopo yang berdinas di Koramil 02 Bonang Kodim 0716 Demak, dan merupakan anggota Persit Kartika Candra Kirana Ranting 03 Cabang XXXVII, yang selama ini dengan kesabarannya mendampingi putra dan putrinya agar tumbuh sehat dan mendapatkan pendidikan yang layak.

Berbicara tentang kasih seorang ibu, rasanya tidak akan ada manusia yang bisa menandingi kasihnya tersebut, bahkan mungkin pasangan hidup kita sekali pun.

Kasih dan perjuangannya telah terlihat ketika ia mengandung anaknya. Ketika masa-masa kehamilan, seorang ibu begitu setia merawat calon anaknya yang berada di dalam perut. Ia rela tidak mengkonsumsi makanan yang ia sukai, demi menjaga buah hati yang masih di dalam kandungan.

Ketika anaknya lahir ke dunia ini, ia akan dengan sigap memastikan, bahwa anaknya mendapatkan semua yang terbaik. Sampai anaknya tumbuh dewasa, seorang ibu tidak akan benar-benar melepaskan anaknya untuk pergi jauh darinya.

Sekeras apapun seorang anak membalas semua pengorbanan dan perjuangan seorang ibu, rasanya tidak akan pernah cukup untuk memberikan hal yang setara, seperti yang telah ia berikan untuk anaknya. Kasih, pengorbanan dan perjuangan begitu besar kepada anak-anaknya.

Kebahagiaan sang anak merupakan kebahagiaan untuk seorang ibu. Oleh sebab itu, dengan segala cara ia akan melakukan dan memberikan semua yang terbaik untuk anak-anaknya. Selain merawat, mendidik, dan memenuhi semua kebutuhan anaknya, seorang ibu pun rela banting tulang demi memenuhi apa yang anaknya inginkan. Demi masa depan anak-anaknya yang cerah, ia akan melakukan apapun termasuk melakukan pekerjaan yang semestinya tidak ia lakukan.

Sebagai ibu rumah tangga biasa, Eny Andayani,seorang perempuan tinggal di Asrama Militer Kodim Demak di berikan keturunan  dua buah hati satu perempuan Aprillia Bella Setyani (18) dan satu laki laki Dony Rizki Kurniawan (15), akan tetapi anak laki laki mengalami gangguan keterbelakangan mental (tunagrahita),ia tak pernah bermimpi dirinya bisa seketika ”terpental” begitu saja dari kehidupan normalnya.
Masih banyak orang yang memandang dan melirik aneh bila bertemu seorang anak tunagrahita. Pikiran dan bayangan aneh seolah tertumpu pada mereka (seorang anak grahita). Alih-alih bukan rasa simpatik dan rasa peduli yang menyapa, malah sebaliknya justru ejekan, cemooh, bahkah hinaan diarahkan pada mereka (seorang anak tunagrahita), dari mulut orang-orang yang mengaku dirinya “manusia normal”.

Coba tengok dan belajar dari sebuah film ini, “Ocean Heaven”, yang menyiratkan sebuah makna, bahwa seorang yang berkebutuhan khusus juga layak dan mampu mempunyai hidup normal dan memiliki pekerjaan, dengan lingkungan yang memberikan kepercayaan dan kesempatan padanya.

Eny lantas tersenyum sambil memeluk erat Dony,anak usia lima belas tahun yang hidup dengan sindrom Attention Deficit Hyperactivty Disorder (ADHD) salah satu spektrum dalam Tunagrahita atau gangguan perkembangan dalam peningakatan aktivitas motorik anak hingga menyebabkan aktivitas anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan.

Perjuangan Eny bersama Serda Sutopo sudah dimulai sejak delapan belas tahun lalu. Eny nyaris kehilangan nyawanya, akibat pendarahan hebat saat melahirkan Dony, yang baru berusia tujuh bulan dalam kandungan.
Untuk semuanya itu dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari, maupun kebutuhan khusus Dony. Anggota Persit Kartika Candra Kirana Ranting 03 Bonang ini, harus banting tulang untuk membantu suaminya mencari kebutuhan tersebut,karena dari mengandalkan gaji saja tidak mencukupi kebutuhan Dony yang mengalami gangguan tersebut.

Sejak Dony lahir dan mengalami keterbelakangan mental, Eny harus membantu suaminya menjadi perempuan tangguh yang harus berjuang membesarkan kedua anaknya. Pekerjaan apapun dilakukan, bahkan jualan es dan tahu pedas pun ia lakukan walaupun dengan keuntungan  tak seberapa agar kebutuhan keluarganya tetap bisa mencukupi.

Dengan bermodal keberanian, dia nekat berjualan apa saja yang penting ada peluang dan kesempatan asalkan halal dia akan lakukan, ibu dua orang anak ini gigih dalam mencari nafkah terlihat dari berjualan apa saja baik jual perabot rumah tangga, mebel, kreditan dan masih banyak lagi yang ia bisniskan dalam mencari keuntungan tersebut.

Tiap pagi dibantu suaminya membuat tahu pedas untuk dijajakan dari warung langganannya, tak kurang dari 50 paket tahu pedas matang dijualnya sejak pukul 05.00. Satu bungkus hanya dihargainya Rp 3.000.

Namun, kalau sampai pukul 11.00 dagangannya tak habis, Eny mulai berkeliling ke warung yang satu ke warung lain berharap ada yang mau membeli tahu pedas matang masakannya.

"Kalau enggak habis juga, baru dibawa pulang. Yang penting, usaha dulu," kata Eny.

Penghasilan dari usahanya ini cukup lumayan, dia bisa mendapat Rp150 ribu/hari. Uang itu digunakannya kembali untuk modal jualan keesokan harinya dan sisanya untuk biaya berobat Dony yang saat ini masih terapi yang mengeluarkan biaya cukup lumayan untuk setiap minggunya. Eny mengaku usaha ini dilakoninya sejak 2002 silam.

Eny semakin giat menjalani usahanya ini terlebih sejak Dony lahir dan mengalami gangguan tunagrahita tahun lalu dan sang suami tidak punya biaya lagi untuk mencukupi kebutuhannya itu. Statusnya sebagai anggota persit memaksa Eny tidak hanya berpangku tangan sebagai ibu rumah tangga. Sejak saat itu, dia harus banting tulang membantu suaminya membesarkan dan menyekolahkan anak-anaknya.

"Saya tidak boleh menyerah. Saya dan suami harus kerja menghidupi keluarga. Bagaimana saya bisa menyekolahkan anak sampai tamat kalau tidak bekerja," ujar ibu dua orang anak itu.

Kerasnya hidup tak pernah membuatnya menyerah. Apalagi, baru-baru ini dia mendapat musibah kemalingan, beberapa barang berharganya hilang. "Mau diapain lagi, toh barangnya sudah dicuri. Saya mah pasrah dan ikhlas saja," kata tegar.

Eny mengaku akan terus berjualan demi hidupnya dan anak-anaknya. Eny ingin anak-anaknya bisa sekolah agar masa depan anak-anaknya bisa lebih baik.

"Selagi saya masih kuat, ya saya masih akan terus berjualan. Kalau enggak ngandalin diri sendiri, kepada siapa saya mau bergantung. Saya enggak mau ngerepotin anak-anak," ujar Eny.
Cacian dan makian tak membuat beliau menyerah mencari nafkah,meskipun dia tau kadang ada keputusasaan dalam sorot matanya, ada tangis dalam malam-malam panjangnya.Apalagi saat Dony mulai masuk sekolah luar biasa (SLB) dan kakaknya yang sudah memasuki masa kuliah, semakin beratlah beban di pundaknya.

Tetapi itu tidak lantas membuatnya menghentikan langkahnya untuk maju, beliau malah tertantang untuk menyelesaikan pendidikan anak anaknya. bahkan sekarang diusianya yg mulai tidak muda lagi beliau masih bekerja untuk membiayai terapi anaknya sampai benar benar sembuh.

Mungkin Dony kalau bisa berkata dan mengungkapkan isi hatinya. Ingin dia memintanya agar ibunya berhenti dan beristirahat di hari tuanya, tapi apa dayanya? Aku tak bisa memberi sebanyak yang kuinginkan.

Maafkan aku ibu, tak bisa membahagiakanmu di hari tuamu, tak bisa mengembangkan tawa lebar di wajahmu, hanya satu yg bisa aku lakukan, mendoakan dirimu selalu dalam kebaikan dan kesehatan, terima kasih engkau selalu ada, bahkan ketika penyakitku hampir merenggut nyawaku,  kau lah yg menjadi dokter pribadiku.

Terima kasih atas semua pengorbanan dan air matamu untuk kami, anak-anakmu.
Aku selalu mencintaimu, ibu. Berbicara tentang kasih seorang ibu, rasanya tidak akan ada manusia yang bisa menandingi kasihnya tersebut, bahkan mungkin pasangan hidup kita sekali pun. Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar