Oleh : maharaja kutai mulawarman
TENGGARONG – wartaekspres.com - Turangga adalah tunggangan, jadi lembu diibaratkan binatang
suci tunggangan Batara Guru dalam menyampaikan pensan dan ajaran sewaktu mengelilingi
Ancapada atau Alam Dunia, sehingga Batara Guru dijadikan Dewa Brahma sebagai pengayom
alam semesta.
Begitulah kiranya seorang Maharaja harus
memiliki suatu Yogini Turangga batin atau tunggangan dalam menggapai harapan dan
cita-cita kerajaan dan rakyatnya. Karena seorang kepala negara itu haruslah memiliki
kekuatan moral, sehingga dihargai oleh para Ksatria maupun Brahmana sampai kepada
rakyat jelata sebagai panutan utama.
Dalam moto Tuah Emba Arai di Kerajaan
Mulawarman meyerupai Bhinneka Tunggal Ika. Moto Tuah, Emba dan Arai Maharaja Kutai Mulawarman.
Tuah
Tuah terdiri kata yang dipuja puji itu
ada 4, yakni Tuhan, berwujud ibu dan bapak, alam berwujud bumi dan langit serta
mahluk hidup di semesta raya ini, adalah sumber kekuatan ilmu.
Makna tuah ini adalah ilmu keberuntungan
atau sejenisnya, akan tetapi tuah dikenal dengan sesuatu yang berhubungan dengan
ilham atau anugerah yang tanpa disengaja atau dalam arti kata lain datang begitu
saja bak hujan emas dari langit, akan tetapi tuah hanya dapat dimiliki oleh orang
yang jujur dan amanah.
Dalam artian kata tuah ini adalah kekayaan
isi langit dan bumi, maka di dalam masyarakat kutai dikenal bahasa
–andok-ando-untung-betuah-anak-ku-ni –, artinya adalah sebuah pujian yang maha tinggi
dapat disamakan dengan, ya-allah untnglah kami kau anugerahi anak yang cerdas dan
berilmu, sehingga dapat bermanfaat bagi kami dan keluarga serta negara.
Jadi, makna yang tersirat di sini, bahwa
jika bukan seorang yang memiliki kecerdasan dan kepandaian serta kepintaran, dia
tidak akan mencapai ilmu. Bagaimana memimpin bangsa atau negara arti pribahasa dari
bagai naga hilang kumala atau maharaja tanpa mahkota tak punya wibawa.
Emba
Emba, adalah terdiri suku kata etam,
mencari, asal usul. Artinya kita semua mencari bersama-sama seorang yang jelas dulu
siapa dirinya dan dari mana asalnya, maka pencarian ini akan menjadi suatu kejelasan,
sehingga tidak meragukan siapa orang yang memimpin dan siapa yang dipimpin.
Inilah yang dikatakan pencarian jati diri baik, bangsa ini harus ada kejelasannya
hukum apa yang dipakai dan bagaimana pendirianya, kemana tujuannya. Jangan seperti
kerbau kena belontang kera (moyet), artinya berkorban tapi tidak berguna, ini dapat
disamakan dengan kata visi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar