Senin, 23 November 2015

Selisih 5%, Pilkada Mamuju Sudden Death


Oleh : Maenunis Amin
(Maenunis Amin-Direktur Logos Research 'n Consulting)

MAMUJU – wartaekspres.com - Pilkada Mamuju semakin klimaks jelang tahapan pencoblosan 9 Desember mendatang. Manuver akhir untuk menjaga stabilitas isu politik dan kekuatan masing-masing kubu, menjejali arah pilihan konstituen untuk memilih, mempertahankan pilihan ataupun mengalihkannya ke kandidat berkepentingan.

Penulis mengesampingkan pasangan calon Ahmad Appa-Jawas Gani dalam bahasan dan mengkhususkan tulisan ini untuk mengurai kekuatan dua pasangan calon Bupati Mamuju, Bustamin-Damris vis a vis Habsi-Irwan melalui analisis foot print variables.

Secara strategis, peta kekuatan  pilkada Mamuju versi dua paslon nomor urut 2 dan 3 ini, dibagi ke dalam dua fase penting:
1. Fase Per Bulan Juni
Bulan Juni adalah fase figur populasi para kandidat. Survey yang diturunkan baik calon, sponsor ataupun partai masih berkisar popularitas dan akseptabilitas figur secara partial.

Sejumlah hasil survey menyebut lima besar figur paling diinginkan menjadi Bupati Mamuju dengan posisi top to down; Bustamin Bausat, Hamzah Hapati Hasan, Habsi Wahid, Sugianto dan Irwan Pababari.

Bustamin Bausat menjadi top trending  perburuan kandidat oleh para partai termasuk penawaran calon 02. Terhitung PKS menawarkan Hajrul Malik, Jawas diajukan oleh PAN serta beberapa partai lainnya.
Secara figuritas, akseptabilitas Bustamin yang signifikan leading, memikat tiga partai besar Golkar, Gerindra dan PDIP untuk meminangnya. Sementara Demokrat yang sebelumnya mengisyaratkan dukungan kepada Bustamin, akhirnya memilih Habsi untuk diusung.

Yang menarik adalah, meski mendapat rekomendasi tiga partai besar, akan tetapi, Bustamin mampu tampil dengan personifikasi politiknya sendiri. Gaya politik konvensional dan populis ala blusukan terbukti efektif menjada pencitraan serta mengangkat elektabilitas wakil bupati masa SDK ini. Bustamin secara elegan mampu mandiri mengimbangi langkah progres partai pengusungnya.

Hal ini berbanding jauh dari Habsi Wahid yang lebih menunggu bola. SDK dan Demokrat menjadi totalitas warna politik mantan Sekda Mamuju ini. Demokrat bahkan menjadi center brand menutupi Hanura, PKS dan PBB.

2. Fase Per Bulan September
Fase Juli-September mulai mengerucutkan lintas komunikasi untuk koalisi. Fase Agustus sekaligus mengerucutkan para kandidat menentukan posisi dan pasangan.

Baca selengakpnya di www.wartaekspres.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar