BANYUWANGI – wartaekspres.com - Kampung Adat Osing Kemiren, menjelma menjadi lautan kopi, Selasa malam 20/10/2015 di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah. Ribuan masyarakat menghadiri Festival Ngopi Sepuluh Ewu Kopi.
Ngopi gratis itu
berlangsung di sepanjang jalan utama desa tersebut, masing-masing rumah yang
berdiri di sepanjang jalan Desa Adat Kemiren, Banyuwangi itu, membuat pondok
mirip kedai kopi, lengkap meja, kursi, lengkap teko dan cangkir berisi kopi
seduhan yang masih panas.
Festival Ngopi Sepuluh
Ewu Kopi di Desa Adat Suku Osing menyajikan kopi dan aneka jajanan pelengkap
kopi gratis untuk semua pengunjung. Siapapun yang berkunjung ke Desa Kemiren
dipersilahkan meminum kopi tradisional kebanggaan masyarakat setempat secara
cuma-cuma alias gratis.
Tidak hanya menyajikan
minuman kopi, masyarakat Kemiren juga menyuguhkan makanan dan jajanan khas,
seperti rengginang, keripik gadung, ketan, pisang rebus, serabi, lanun, lopis, bakia
dan klemben (bolu kering khas Banyuwangi).
Kopi untuk sepuluh ribu
cangkir ini sudah disiapkan sejak beberapa hari lalu. Bahkan untuk memasak
sajian yang disuguhkan masyarakat telah menyiapkan mulai jam 7.00 WIB.
“Isun mulai nyiapaken
kopai lan jajanan ikiae mulai wesuk, yo mung kanggo para acara ngopi bareng,”
kata Mudaiyah, warga Kemiren.
Festival Ngopi adalah
ide dan diinisasi dari kebiasaan ngopi warga Kemiren sebagai cara mempererat
jalinan silahturahmi antar masyarakat Osing yang sudah terkenal keramahan dan
keluwesannya. Sekali seduh kita semua bersaudara, Begitu kira-kira untuk
mengungkapkan filosofi dalam Festival Ngopi Sepuluh Ewu ini.
“Saya bangga warga Osing
sekarang ini dikenal masyarakat dan budaya kami dicintai,”kata Ropi’i.
Pengunjung juga tampak
dari luar daerah, karena acara festival ini dilaksanakan tiap tahun dan masuk
dalam acara agenda Banyuwangi festival. Salah satunya Angga dan dua temannya,
mereka mempersiapkan waktu sudah beberapa hari sebelum acara guna
menghadiri acara ngopi bareng di Kemiren.
"Saya betul-betul
merasakan kerukunan dan rasa kebersamaan, ketika kami datang lalu dipersilakan
duduk dan mulai mencicipi jajanan serta kopi yang sudah disediakan serasa di rumah
dan di kampung sendiri, amat terasa keramah tamahan dan keakraban masyaratnya,
wes langsung koyo dolor mas,” paparnya.
Acara Ngopi Sepuluh Ewu
semakin semarak dengan hadirnya Bupati Abdullah Azwar Anas, yang ikut dalam
festival ini dengan berjalan kaki dari pintu masuk Desa Kemiren hingga ke Balai
Desa Kemiren. Sambil menyapa dan menyalami satu persatu warga, Bupati Anas juga
mampir ke setiap kedai kopi depan rumah warga untuk mencicipi jajanan di
festival ini.
“Warga Kemiren memang
suka sedekah tak heran meski sudah tua warga Kemiren masih tampak sehat-sehat,”
puji Bupati Anas.
Festival Ngopi ini
merupakan contoh mempertahankan tradisi gotong royong. “Kalau tradisi ini
diikuti warga Banyuwangi secara keseluruhan dan masyarakat Indonesia, pasti
tidak pernah ada salah paham. Semua bisa diselesaikan dengan duduk bareng,”
kata Bupati Anas. Partisipasinya warga Kemiren luar biasa itu terlihat
banyaknya masyarakat yang datang dan juga pengunjung dari luar Banyuwangi. (BN/rony)
Baca: wartaekspres.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar