Herry Widjasena, ST, MT |
SORONG – wartaekspres.com – Menanggapi pernyataan Walikota
Sorong, Drs. Ec. Lambaerth Jitmau, MM yang menyatakan, bahwa pendidikan di Kota
Sorong harus mahal agar hasil didikan berkualitas, diapresiasi oleh Asisten III
Bidang Kemahasiswaan dan Hubungan antar Lembaga, Politeknik Katholik Saint Paul
Sorong, Herry Widjasena, ST, MT.
Saat ditemui di kediamannya, Herry yang dekat dengan
awak media ini menegaskan, bahwa apa yang disampaikan oleh Walikota Sorong itu
adalah benar, karena di era globalisasi saat ini, persaingan semakin
kompetitif, termasuk di Kota Sorong.
“Kota Sorong merupakan bagian dari Masyarakat Enonomi
ASEAN (MEA) yang telah berjalan sejak awal Januari 2016, dalam kegiatan ekonomi
lintas kawasan meliputi perdagangan, jasa dan investasi, sehingga tenaga kerja
yang dubutuhkan harus memiliki konperensi terukur seperti hard skil, soft skil
dan ketrampilan dengan indeks prestasi (IP) minimal 3.00,” ujar Herry.
Dikatakan Herry, era kompetisi mulai terasa pada
sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta yang ada di Kota Sorong untuk
menghasilkan lulusan yang terbaik, sehingga untuk menjadi yang terbaik tentunya
setiap sekolah mempunyai cara sendiri dalam meningkatkan mutu pendidikan baik
dari segi penyiapan tenaga pendidik yang profesional, fasilitas serta suasana
belajar yang nyaman dan kondusif.
Lanjut Herry, untuk mewujudkan semuanya itu tentunya
membutuhkan biaya operasional yang besar, dan biaya tersebut bukan saja berasal
dari pemerintah semata tetapi juga dari orang tua yang anaknya sementara
menuntut pendidikan di lembaga pendidikan tersebut.
“Pada tahun 2013, ada 47 unit Taman Kanak-Kanak,
76 unit Sekolah Dasar, 32 unit Sekolah Lanjutan Pertama, 18 unit Sekolah
Menengah Umum, 12 unit Sekolah Menengah Kejuruan, dan 15 unit Perguruan
Tinggi dengan tenaga pengajar pada masing-masing tingkatan pendidikan, Guru TK
berjumlah 199 guru dengan 2.580 murid, guru SD berjumlah 1.001 guru dengan
27.899 murid, guru SLTP berjumlah 558 guru dengan 10.702 murid, guru SLTA Umum
berjumlah 447 guru dengan 5.990 murid, guru SLTA Kejuruan berjumlah 351 guru
dengan 4.755 murid,” tutur Herry.
Ditambahkan Herry, jika direkapitulasi ada 182 lembaga
pendidikan, 2556 guru dan 51.926 siswa dengan asumsi terendah sekalipun, Kota
Sorong adalah Kota Jasa tanpa Sumber Daya Alam tidak mungkin bisa menggratiskan
biaya pendidikan.
Namun kata Herry, pemerintah Kota Sorong dengan
berbagai upaya ingin meningkatkan pendidikan dari tahun ke tahun karena ini
adalah program pemerintah. Salah satunya adalah merealisasikan UU. No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Lanjut Herry, kualitas pendidikan ditentukan oleh
penyempurnaan integral dari seluruh komponen pendidikan seperti kualitas guru,
penyebaran guru profesional, kurikulum, sarana dan prasarana yang memadai,
suasana PBM yang kondunsif. Ini semua dilakukan bukan tanpa biaya, sebaliknya
untuk mengasilkan pendidikan yang berkualitas harus mahal. Ini telah terbukti
bahwa Kota Sorong terdepan dalam pendidikan di wilayah Papua Barat.
“Dengan biaya pendidikan yang murah tidak menjadikan
pendidikan lebih baik, kita akan kalah dengan sekolah-sekolah yang ada di
daerah lain. Pendidikan yang berkualitas memang harus membutuhkan biaya yang
mahal karena pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah atau pemerintah,
tapi yang utama adalah orang tua,” terang Herry. (Jason)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar