JAKARTA – wartaekspres.com -
Sriwijaya Air Sj 889 Silangit – Jakarta yang akan terbang pada tanggal 6
Agustus 2016 tepatnya jam 10.35 Wib, ternyata Delay. Hal ini menambah catatan buruk
di dunia bisnis penerbangan di Tanah Air, yang tidak dikontrol oleh manajemen
angkutan umum/kota (Angkot), kata Aron Chandara selaku Ketua Advokasi Walhi
Jakarta.
Aron
Chandra mengtakan, bahwa penerbangan pertama ini jam 10.35 Wib, Sabtu 6 Agustus
2016 Sriwijaya Air dengan penerbangan Silangit (Tapanuli Utara) - Soekarno
Hatta. Nah yang tidak diduga-duga pesawat Sriwijaya Air tersebut, tiba-tiba mendarat
di Bandara Kualanamu Medan dengan alasan ada kerusakan.
Setelah
kurang lebih 10 jam diperbaiki, penumpang setia menunggu dengan 2 kali diberi
kompensasi keterlambatan Rp. 300.000. Akhirnya seluruh penumpang disuruh naik
pesawat yang sama (manajemen Angkot) dengan jaminan . "Saya yang jamin
sudah baik dan bagus," ungkap salah satu teknisi pesawat.
Kemudian
pesawat diterbangkan Kualanamu - Soekarno
Hatta, tetapi sekitar 40 menit lepas landas, pesawat tersebut berputar arah dan
mendarat kembali di Kualanamu, semua raut wajah penumpang berubah ada yang
shok, histeris, bergembira serta memanjatkan doa bahwa mereka masih selamat.
Pihak
manajemen meminta maaf atas kejadian tersebut dan semua penumpang diberikan
penginapan di sebuah hotel di Medan, berbarengan dengan penumpang yang juga
ditunda pemberangkatannya oleh maskapai Sriwijaya Air tersebut.
Aron Chandra, pada hari Minggu, 7
Agustus 2016, pukul 12.00 Wib, Sriwijaya Air kembali memberangkatkan para
penumpang dengan cara memberangkatkan penumpang dengan menggantikan maskapai
pesawat Enam Air, Kualanamu - Soekarno Hatta. Setelah tiba di Terminal 2B kedatangan,
peristiwa ini sudah membuat resah dan rugi bagi penumpang dan penjemput (orang
banyak).
Salah satu korban bobroknya menajemen
penerbangan pesawat Sriwijaya Air itu adalah orang tua aktivis lingkungan hidup
(Advokasi Waljak) Aron Chandra Hutasoit, yang sangat risau dan galau, menunggu
kedatangan pesawat tersebut.
Demikian juga anak mantu dan
cucunya, yang tiap detik berdoa agar Tuhan Yesus Kristus memberikan pada ibunya
keselamatan sampai tiba di Bandara Soekarno Hatta.
Namun demikian, tambah Aron
Chandara, barang-barang bawaan seperti, 3 tas orang tuanya tidak ikut serta di dalam pesawat pengganti
tersebut, dan entah kemana. Kehilangan tas ini langsung dilaporkan kepada petugas
di Bandara.
Ini gambaran bisnis jelek penerbangan
Sriwijaya Air di Tanah Air ini. Dimana maskapai tidak menyediakan pesawat
cadangan dan tentu pesawat tersebut tidak diperiksa secara baik.
“Kejadian ini menjadi pelajaran
berharga, dan atas kejadian ini siapa yang bertanggung jawab? Pemerintah daerah,
Angkasa Pura II atau maskapai penerbangan,” ungkapnya kepada wartaekspres.com.
Harapan Aron Chandra, Pemerintah
melalui Menteri Perhubungan, Ditjen Perhubungan Udara harus lebih ketat mengawasi maskapai
penerbangan Jakarata-Bandara Silangit dengan pesawat yang layak terbang,
terlebih untuk menyambut program Otorita Danau Toba, kata Aron dengan wajah
penuh harapan, Pemerintah dapat menindaklanjut atas kejadian ini, masalahnya
keselamatan nyawa manusi, katanya saat diwawancarai wartaekspres.com. (Whs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar