Wartaekspres.com
- Menjadi
ibu dari anak dengan kebutuhan khusus tidaklah mudah. Orang-orang berjiwa besar
lah yang akan terus berjuang agar anak-anak mereka tumbuh menjadi anak-anak
layaknya anak-anak normal lainnya, meraih kesuksesan dan hidup mandiri.
Adalah
Eny Andayani
(43),
istri dari Serda Sutopo yang berdinas di Koramil 02 Bonang Kodim 0716 Demak, dan
merupakan anggota Persit Kartika Candra Kirana Ranting 03 Cabang XXXVII, yang
selama ini dengan kesabarannya mendampingi putra dan putrinya agar tumbuh
sehat dan mendapatkan pendidikan yang layak.
Berbicara
tentang kasih seorang ibu, rasanya tidak akan ada manusia yang bisa menandingi
kasihnya tersebut, bahkan mungkin pasangan hidup kita sekali pun.
Kasih
dan perjuangannya telah terlihat ketika ia mengandung anaknya. Ketika masa-masa
kehamilan, seorang ibu begitu setia merawat calon anaknya yang berada di dalam
perut. Ia rela tidak mengkonsumsi makanan yang ia sukai, demi menjaga buah hati
yang masih di dalam kandungan.
Ketika
anaknya lahir ke dunia ini, ia akan dengan sigap memastikan, bahwa anaknya mendapatkan
semua yang terbaik. Sampai anaknya tumbuh dewasa, seorang ibu tidak akan
benar-benar melepaskan anaknya untuk pergi jauh darinya.
Sekeras
apapun seorang anak membalas semua pengorbanan dan perjuangan seorang ibu,
rasanya tidak akan pernah cukup untuk memberikan hal yang setara, seperti yang
telah ia berikan untuk anaknya. Kasih, pengorbanan dan perjuangan begitu besar
kepada anak-anaknya.
Kebahagiaan
sang anak merupakan kebahagiaan untuk seorang ibu. Oleh sebab itu, dengan
segala cara ia akan melakukan dan memberikan semua yang terbaik untuk
anak-anaknya. Selain merawat, mendidik, dan memenuhi semua kebutuhan anaknya,
seorang ibu pun rela banting tulang demi memenuhi apa yang anaknya inginkan.
Demi masa depan anak-anaknya yang cerah, ia akan melakukan apapun termasuk melakukan
pekerjaan yang semestinya tidak ia lakukan.
Sebagai ibu rumah tangga biasa, Eny Andayani,seorang
perempuan tinggal di Asrama Militer Kodim Demak di berikan keturunan dua buah hati satu perempuan Aprillia Bella
Setyani (18) dan satu laki laki Dony Rizki Kurniawan (15), akan tetapi anak laki laki
mengalami gangguan keterbelakangan mental (tunagrahita),ia tak pernah bermimpi
dirinya bisa seketika ”terpental” begitu saja dari kehidupan normalnya.
Masih banyak
orang yang memandang dan melirik aneh bila bertemu seorang anak tunagrahita.
Pikiran dan bayangan aneh seolah tertumpu pada mereka (seorang anak grahita).
Alih-alih bukan rasa simpatik dan rasa peduli yang menyapa, malah sebaliknya
justru ejekan, cemooh, bahkah hinaan diarahkan pada mereka (seorang anak
tunagrahita), dari mulut orang-orang yang mengaku dirinya “manusia normal”.
Coba tengok
dan belajar dari sebuah film ini, “Ocean Heaven”, yang menyiratkan sebuah
makna, bahwa seorang yang berkebutuhan khusus juga layak dan mampu mempunyai
hidup normal dan memiliki pekerjaan, dengan lingkungan yang memberikan
kepercayaan dan kesempatan padanya.
Eny
lantas tersenyum sambil memeluk erat Dony,anak usia lima belas tahun yang hidup
dengan sindrom Attention Deficit Hyperactivty Disorder (ADHD) salah satu
spektrum dalam Tunagrahita atau gangguan perkembangan dalam peningakatan
aktivitas motorik anak hingga menyebabkan aktivitas anak yang tidak lazim dan
cenderung berlebihan.
Perjuangan Eny bersama Serda Sutopo sudah dimulai sejak delapan belas tahun lalu. Eny nyaris kehilangan nyawanya, akibat pendarahan hebat saat melahirkan Dony, yang baru berusia tujuh bulan dalam kandungan.
Untuk semuanya itu dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari, maupun kebutuhan khusus Dony. Anggota Persit Kartika Candra Kirana Ranting 03 Bonang ini, harus banting tulang untuk membantu suaminya mencari kebutuhan tersebut,karena dari mengandalkan gaji saja tidak mencukupi kebutuhan Dony yang mengalami gangguan tersebut.
Sejak Dony lahir dan mengalami keterbelakangan mental, Eny harus membantu suaminya menjadi perempuan tangguh yang harus berjuang membesarkan kedua anaknya. Pekerjaan apapun dilakukan, bahkan jualan es dan tahu pedas pun ia lakukan walaupun dengan keuntungan tak seberapa agar kebutuhan keluarganya tetap bisa mencukupi.
Dengan
bermodal keberanian, dia nekat berjualan apa saja yang penting ada peluang dan
kesempatan asalkan halal dia akan lakukan, ibu dua orang anak ini gigih dalam
mencari nafkah terlihat dari berjualan apa saja baik jual perabot rumah tangga, mebel,
kreditan dan masih banyak lagi yang ia bisniskan dalam mencari keuntungan
tersebut.
Tiap
pagi dibantu suaminya membuat tahu pedas untuk dijajakan dari warung langganannya,
tak kurang dari 50 paket tahu pedas matang dijualnya sejak pukul 05.00. Satu
bungkus hanya dihargainya Rp 3.000.
Namun,
kalau sampai pukul 11.00 dagangannya tak habis, Eny mulai berkeliling ke warung
yang satu ke warung lain berharap ada yang mau membeli tahu pedas matang
masakannya.
"Kalau
enggak habis juga, baru dibawa pulang. Yang penting, usaha dulu," kata Eny.
Penghasilan
dari usahanya ini cukup lumayan, dia bisa mendapat Rp150 ribu/hari. Uang itu
digunakannya kembali untuk modal jualan keesokan harinya dan sisanya untuk biaya
berobat Dony yang saat ini masih terapi yang mengeluarkan biaya cukup lumayan untuk
setiap minggunya. Eny mengaku usaha ini dilakoninya sejak 2002 silam.
Eny
semakin giat menjalani usahanya ini terlebih sejak Dony lahir dan mengalami
gangguan tunagrahita tahun lalu dan sang suami tidak punya biaya lagi untuk mencukupi
kebutuhannya itu. Statusnya sebagai anggota persit memaksa Eny tidak hanya berpangku
tangan sebagai ibu rumah tangga. Sejak saat itu, dia harus banting tulang membantu
suaminya membesarkan dan menyekolahkan anak-anaknya.
"Saya
tidak boleh menyerah. Saya dan suami harus kerja menghidupi keluarga. Bagaimana
saya bisa menyekolahkan anak sampai tamat kalau tidak bekerja," ujar ibu
dua orang anak itu.
Kerasnya
hidup tak pernah membuatnya menyerah. Apalagi, baru-baru ini dia mendapat
musibah kemalingan, beberapa barang berharganya hilang. "Mau diapain lagi,
toh barangnya sudah dicuri. Saya mah pasrah dan ikhlas saja," kata tegar.
Eny mengaku akan terus berjualan demi hidupnya dan anak-anaknya. Eny ingin anak-anaknya bisa sekolah agar masa depan anak-anaknya bisa lebih baik.
Eny mengaku akan terus berjualan demi hidupnya dan anak-anaknya. Eny ingin anak-anaknya bisa sekolah agar masa depan anak-anaknya bisa lebih baik.
"Selagi
saya masih kuat, ya saya masih akan terus berjualan. Kalau enggak ngandalin
diri sendiri, kepada siapa saya mau bergantung. Saya enggak mau ngerepotin
anak-anak," ujar Eny.
Cacian
dan makian tak membuat beliau menyerah mencari nafkah,meskipun dia tau kadang
ada keputusasaan dalam sorot matanya, ada tangis dalam malam-malam panjangnya.Apalagi
saat Dony mulai masuk sekolah luar biasa (SLB) dan kakaknya yang sudah memasuki
masa kuliah, semakin beratlah beban di pundaknya.
Tetapi
itu tidak lantas membuatnya menghentikan langkahnya untuk maju, beliau malah tertantang
untuk menyelesaikan pendidikan anak anaknya. bahkan sekarang diusianya yg mulai
tidak muda lagi beliau masih bekerja untuk membiayai terapi anaknya sampai
benar benar sembuh.
Mungkin
Dony kalau bisa berkata dan mengungkapkan isi hatinya. Ingin dia memintanya
agar ibunya berhenti dan beristirahat di hari tuanya, tapi apa dayanya? Aku tak
bisa memberi sebanyak yang kuinginkan.
Maafkan
aku ibu, tak bisa membahagiakanmu di hari tuamu, tak bisa mengembangkan tawa
lebar di wajahmu, hanya satu yg bisa aku lakukan, mendoakan dirimu selalu dalam
kebaikan dan kesehatan, terima kasih engkau selalu ada, bahkan ketika
penyakitku hampir merenggut nyawaku, kau
lah yg menjadi dokter pribadiku.
Terima kasih atas semua pengorbanan dan air matamu untuk kami, anak-anakmu.
Aku selalu mencintaimu, ibu. Berbicara tentang kasih seorang ibu, rasanya tidak akan ada manusia yang bisa menandingi kasihnya tersebut, bahkan mungkin pasangan hidup kita sekali pun. Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar