Kamis, 15 Oktober 2015

Dunia Kembali Menatap Aceh


Gereja dibakar di Aceh Singkil. (Foto: Dok hariansib.co)

JAKARTA – wartaekspres.com – Terkait tindakan intolerasni masyarakat Aceh yang melakukan penyerangan gereja-gereja di Kabupaten Singkil, dunia kembali melihat Aceh yeng pernah menggoncang dunia dengan tsunaminya.

Peristiwa ini mencuatkan keprihatinan yang amat mendalam bagi kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Pasca tsunami 2014, Aceh dibangun dalam semangat toleransi, pluralisme dan kemanusiaan.

Oleh karenanya, Aceh bukan milik masyarakat Aceh saja, tetapi Aceh milik Indonesia dan juga dunia. Sehingga kasus kekerasan atas nama agama yang terjadi di Singkil mencoreng semangat kerukunan dan perdamaian yang telah tumbuh dalam masyarakat.

Demikian ditegaskan oleh Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) melalui rilisnya pada Rabu (14/10) terkait dengan kasus Singkil, Aceh.

"Seperti yang telah ketahui bersama, pada hari  Selasa (13/10), telah terjadi penyerangan oleh massa intoleransi ke gereja-gereja di Kabupaten Singkil, Aceh. Peristiwa ini mengakibatkan terjadinya korban meninggal dan luka sesama anak bangsa serta pengungsian masyarakat akibat situasi keamanan yang tidak menentu," ujar Ketua Umum Presidium ISKA, Muliawan Margadana.

Muliawan mengaku semua percaya bahwa hak beragama, berkeyakinan dan mengaktualisasikan keimanan dalam beribadat adalah hak setiap warga negara yang dijamin oleh Undang-undang Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Masyarakat Aceh pasca Tsunami 2004, katanya adalah masyarakat cinta damai yang telah dibangun kembali dengan semangat toleransi, pluralisme dan solidaritas yang menghargai dan menjunjung tinggi Kemanusiaan. 
"Semangat Aceh bukan hanya milik masyarakat aceh saja tetapi juga milik masyarakat Indonesia dan dunia.  Maka kekerasan atas nama agama telah mencoreng semangat kerukunan dan perdamaian yang telah tumbuh di Bumi Rencong," tandasnya.

Lebih lanjut, Muliawan penyerangan terhadap rumah ibadat sejatinya merupakan penyerangan terhadap logika dan keyakinan kemanusiaan yang menyadari kelemahannya sebagai mahluk ciptaan Allah yang Maha Esa.

Karena pada kenyataannya di rumah-rumah ibadat itulah -apapun agamanya- Allah Yang Maha Esa ditinggikan dalam berbagai cara dan keyakinan iman.

Kami meminta pemerintah dan seluruh jajarannya, khususnya Pemerintah Kabupaten Aceh singkil dan Prov. Aceh untuk hadir bertindak tegas, cepat dan tepat, karena jelas peristiwa yang terjadi ini bertentangan dengan Pancasila dan UUD RI 1945. Dan mengantisipasinya kemungkinan yang bisa mengakibatkan peristiwa Singkil berubah konflik yang lebih luas," ungkapnya.

Sementara Sekretaris Jenderal ISKA Joanes Joko meyakini bahwa Pancasila sebagai Roh dan inspirasi dalam kita hidup bersama sebagai bangsa Indonesia.

Untuk itu, katanya ISKA mengajak seluruh elemen anak bangsa dan jaringan lintas iman yang masih percaya akan Pancasila untuk terus menumbuhkan dan membangun solidaritas tanpa sekat.

"Kami menginstruksikan pada seluruh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) ISKA diseluruh Indonesia untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi akibat dari peristiwa ini dengan membangun komunikasi dan kerjasama bersama unsur masyarakat, khususnya yang menghargai toleransi dan keberagaman," imbuh Joanes. (Red/SP)

Baca wartaekspres.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar