Kadek Trisnanty saat melakukan
kunjungan ke sekolah-sekolah di pedalaman Kec. Ulumanda, Kab. Majene, Sulbar.
|
Hal demikian sepertinya diyakini
betul oleh Ida Ayu Kadek Trisnanty. Rasanya tak berlebihan jika kita sebut dia
Si Pemberi Perhatian.
Lulus dari Universitas Indonesia
(UI) tahun 2009 dan kemudian bekerja di sebuah perusahaan tenar di kota
Metropolitan, gadis berdarah Jawa-Bali ini justru lebih memilih menjadi
pendamping setia anak-anak SD di Pedalaman-pedalaman Kabupaten Majene, Sulbar.
Jadi guru setahun, tepatnya di Kecamatan
Ulumanda, dan gerakan Indonesia Mengajarlah yang mengantarkan sarjana ilmu
komputer ini ada di Pulau Sulawesi. Dia telah terpilih menjadi relawan pengajar
di Program Indonesia Mengajar (IM), Gerakan yang digagas oleh Anies Baswedan,
mantan Rektor Universitas Paramadhina yang sekarang jadi Menteri Pendidikan.
Ditemui belum lama ini, Kadek
mengaku sama sekali tidak mengeluh, tidak pula ada rasa menyesal ditempatkan di
desa terpencil selama setahun. Berada di Dusun Rura, Desa Sambabo, Kecamatan
Ulumanda, Majene, tak membuat Kadek mengeluh, walaupun jaraknya lumayan jauh
dari pusat Kota Majene. Sekitar 110 km dan tidak punya jaringan seluler,
tentunya dengan berbagai suka duka jauh dari orang tua akan menjadi catatan
tersendiri buat Kadek.
Namun, kepada media ini, Kadek justru
mengaku bangga bisa belajar dan memahami lebih jauh tentang Indonesia dari
sudut yang lain.
"Ya, dari potret kehidupan desa
dan pegunungan terpencil, Kadek justru lebih banyak belajar", ungkapnya
kepada wartawan, Sabtu (14/11/2015).
"Kadeknya santai aja, seperti
kata Pak Anies; mendidik adalah kewajiban semua orang terdidik. Jadi setiap
orang bisa menjadi guru, bisa menjadi pendidik," lanjutnya meyakinkan.
Dengan penuh semangat, gadis
kelahiran Cirebon Jawa Barat, 13 Agustus 1991 ini mengaku harus siap memberikan
sesuatu yang lebih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar