Tamrin M. Arlink sedang orasi saat aksi unjuk rasa (Foto: Ilustrasi) |
Kekecewaan petani yang berujung pada
pengrusakan sejumlah pipa PDAM tersebut diakibatkan karena keresahan mereka
atas tindakan pihak PDAM Polewali Mandar yang ngotot membangun instalasi
perpipaan yang telah merugikan sawah para petani di daerah ini.
"Sebenarnya sejak tahun 2011,
masyarakat sudah mulai protes, ini karena sawah mereka mengalami kekurangan air
sebab pihak PDAM mengambil alih sumber air yang ada di sana. Nah para petani
ini kemudian protes ke pemerintah, termasuk ke DPRD tapi tidak ditanggapi.
Karena sudah tersulut emosi, maka warga merusak sejumlah pipa. Ada yang dibakar
dan sebagian dipotong, karena itulah delapan warga ditangkap," terang Adul
salah seorang warga Tapango, Polman Sulbar kepada wartawan, Selasa (3/11/2015)
via telepon seluler.
Adul yang juga Ketua Aliansi Peduli
Tapango mengatakan, pihaknya telah berusaha agar polisi segera membaskan petani
yang telah ditahan atas kasus ini. Hal itu karena dinilai tidak fair. Pihak
kepolisian sudah membebaskan empat orang petani yang ditangkap, sehingga empat
sisinya masih mendekam di sel tahanan Polres Polman.
Hingga berita ini dirilis,
perjuangan para petani dan kelompok-kelompok organisasi masyarakat terus
bergelora menyuarakan pembebasan empat petani Tapango yang masih ditahan polisi
Polres Polman tersebut. Aliansi Peduli Tapango sebagai salah satu organisasi
adhooc yang lahir atas insiden ini terus menyuarakan gelombang aksi unjuk rasa
di gedung DPRD Polman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar