![]() |
Unhas |
wartaekspres.com - Tulisan ini tergubah dan terinspirasi dari Diskusi Publik
yang diselenggarakan oleh para mahasiswa pembaharu yang tergabung dalam Ikatan
Mahasiswa Mandar Majene (IM3) di Makassar beberapa waktu lalu.
Bermula
dari kenyataan sejarah, fakta kebesaran kerajaan-kerajaan Nusantara memberikan gambaran betapa Indonesia sejak
dulu merupakan Negara Maritim yang disegani. Dua kerajaan besar Nusantara (Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sriwijaya)
sebagai contoh, adalah
kerajaan-kerajaan yang bervisi maritim, memiliki wilayah kekuasaan menjangkau sampai
ke daratan China dan
India serta Australia. Kekuatan armada
lautnya yang besar dan kuat menyebabkan penguasaan terjadi. Jejak sejarah itu
menggubah bingkai kesatuan wilayah, Indonesia saat ini.
Kedua kerajaan
itu menjadi penguasa yang mengatur lalu lintas perairan laut Nusantara di zamanya. Berbagai aturan yang diterapkan
menjadi syarat baku yang diikuti dan ditaati. Kebijakan-kebijakan maritim yang
ditetapkan merupakan fatwa yang harus diamini oleh para stakeholder jika memasuki
perairan laut kekuasaannya. Penerapan standar ganda tidak diberi ruang untuk
menegakkan aturan dan hukum, semuanya sama dan harus tunduk serta patuh pada titah
kerajaan.
Penggambaran
wilayah kekuasaan kedua kerajaan itu memberikan pencermatan, bahwa Indonesia memanfaatkan wilayah maritim untuk
kepentingan rakyatnya sejak dahulu. Arus lalu lintas perdagangan yang
ditandai dengan ramainya orang-orang
asing yang melabuhkan kapalnya di bandar laut kerajaan, merupakan fakta yang tidak terbantahkan.
Hal ini menunjukkan,
Indonesia merupakan salah satu negara yang aktif dalam perdagangan internasional
dengan menjadikan laut sebagai media lalu lintasnya. Penggambaran itu merupakan
retasan sejarah, bahwa Indonesia
memang merupakan negara maritim dunia sejak dahulu.
Konsep
Indonesia sebagai negara maritim kembali menghangat seiring dengan pemaparan visi
Jokowi dan JK di masa kampanye Pemilihan Presiden periode 2013-2018. Indonesia poros maritim
dunia sebagai visi tagline yang diusungnya merupakan pengejawantahan betapa negara
ini tidak bisa dilepaskan dengan laut.
Di atas
kapal Phinisi di saat membawakan Pidato Kemenangannya, Jokowi kembali menyampikan
visi itu dan mempertegas, bahwa maritim adalah masa depan kita. Ungkapan beliau tentang lautan,
samudera, selat dan teluk merupakan peradaban masa depan Indonesia, adalah
kalimat penguatan yang sampai saat ini masih terdentang di alam bawah sadar sebagian
besar rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar